MTPJ GMIM 26 April – 2 Mei 2020: Ketulusan Mendahului Penghargaan

  • Bagikan

Bacaaan Alkitab: Ester 6:1-14

KETULUSAN didefinisikan: kesungguhan dan kebersihan (hati); kejujuran. (KBBI) Ketulusan adalah salah satu karakter hidup yang harus melekat pada diri setiap orang percaya dan dinampakkan dalam segenap hidup.

Segala sesuatu yang dilakukan dengan ketulusan oleh setiap umat manusia akan mendapat perhatian dan penghargaan dari Tuhan dan manusia. Penghargaan dan penghormatan yang diraih melalui pengorbanan yang tulus menghasilkan sesuatu yang sangat berarti.

Namun dewasa ini ketulusan sering menjadi sikap yang langka dan sukar ditemukan. Begitu banyak orang meraih sesuatu yang diinginkannya tanpa melalui pengor-banan yang tulus. Kenyataan yang terjadi sekarang adanya persaingan yang tidak sehat mengejar status sosial, jabatan, kekuasaan dan status ekonomi (kekayaan materi).

Demi kepentingan diri sendiri orang menghalalkan segala cara bahkan solidaritas kepada sesama terabaikan dengan adanya sikap saling menjatuhkan dan memanfaatkan orang lain demi mengejar ambisi. Penghargaan dan kehormatan diperoleh melalui tipu muslihat dan kecurangan dengan mengabaikan kualitas sumber daya manusia.

Perwujudan kualitas iman orang percaya dalam ketulusan hendaknya nyata melalui perannya menghadirkan damai sejahtera Allah, memiliki etos kerja yang baik dan memiliki kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya manusia.

Tetapi juga menjadi umat yang memiliki kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional untuk menjadi berkat keselamatan bagi banyak orang. Hal ini juga penting bagi kita dalam merayakan hari Buruh Sedunia dan Hari Pendidikan Nasional.

Pembahasan Tematis
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Ester nama aslinya Hadasa, anak dari Abigail hidup sebagai yatim piatu diasuh oleh Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish seorang dari suku Benyamin (Ester 2:5,6). Mereka hidup sebagai buangan dari Yerusalem pada masa peme-rintahan Nebukadnezar raja Babel sekitar tahun 597 SM dan memilih tetap tinggal di Persia.

Ester adalah sosok seorang perempuan berperawakan elok dan cantik parasnya. Ia dipilih oleh raja Ahasyweros menjadi ratu melalui sayembara yang dilakukan menggantikan ratu Wasti yang telah dipecat dan dibuang karena sikapnya menolak titah raja untuk memperlihatkan kecantikannya pada sebuah pesta yang besar. Tempat peristiwa itu di benteng Susan ibukota Persia pada tahun 485-465 S.M.

Baca Juga:  MTPJ GMIM 27 Agustus - 2 September 2023 : Allah yang Benar, Hidup dan Raja Kekal

Secara garis besar kitab Ester menceritakan tentang kehidupan umat Yahudi di Persia. Situasi sosial, politik dan keamanan umat Yahudi terancam akibat ambisi dan egoisme Haman bin Hamedata yang mendapatkan penghargaan dan kedudukan tinggi dari raja Ahasyweros.

Haman yang berperilaku angkuh menginginkan penghormatan dari orang-orang di sekitarnya yang berjumpa dengannya namun tidak digubris oleh Mordekai dan umat Yahudi dengan alasan mereka memiliki prinsip keyakinan hanya Tuhan Allah yang patut dihormati dan dipuji. Alasan lain yaitu orang Yahudi dilarang memberi penghormatan kepada keturunan Amalek yang merupakan musuh Israel (lihat Keluaran 17:14–16).

Haman adalah keturunan Amalek, akibatnya bagi mereka yang melanggar titah Haman dihukum termasuk Mordekhai dan kaum Yahudi. Mordekhai dan Ester berupaya meng-gagalkan niat jahat Haman dengan mengerahkan seluruh umat Yahudi di Persia untuk berkabung dan berpuasa selama tiga hari.

Tindakan penyelamatan Allah yang luar biasa. Keadaan yang tidak dapat tidur yang terjadi pada setiap orang menandakan adanya kegelisahan dan ketidaktenangan karena suatu beban. Jadi bukan karena menderita penyakit insomnia sebab sebelumnya ia hadir dalam sebuah pesta perjamuan yang diadakan Ester sang ratunya. Raja Ahasyeweros bertindak mencari tahu tentang Mordekhai, Ia menyuruh pegawainya membawa dan membacakan kitab pencatatan sejarah.

Dalam kitab sejarah itu ditemukan suatu catatan tentang Mordekhai sosok seorang penjaga pintu gerbang yang pernah menyelamatkan raja dari niat jahat sida-sidanya yaitu Bigtan dan Teresh yang akan membunuh raja (lihat Ester 2:23).

Cara kerja Tuhan Allah yang tak terduga untuk menyingkapkan kebenaran yang pernah dilakukan Mordekhai. Akhirnya teringat dan sadarlah raja Ahasyweros bahwa ia belum memberikan penghargaan yang pantas kepada Mordekhai atas pengabdian pengorbanannya yang tulus (Ayat 1-3).

Baca Juga:  PEMILIHAN PELSUS GMIM: Ini Penatua dan Diaken terpilih Jemaat Exodus Kumelembuai Atas

Keberadaan Haman di pelataran istana raja pada waktu itu sebenarnya bertujuan melaporkan kepada raja tentang kesiapannya telah membuat tempat untuk menyulakan Moderkhai. Situasi membawa perubahan bagi Haman.

Ia gagal dalam menyampaikan maksud yang sebenarnya kepada raja, tapi justru dia harus membantu raja memberikan penghargaan kepada siapa raja berkenan. Pada awalnya ia berkeyakinan bahwa kepada siapa lagi raja berkenan akan memberikan penghargaan kalau bukan dirinya sendiri. (Ayat 4-7).

Bentuk-bentuk penghargaan yang diusulkan oleh Haman kepada raja sebagai bentuk penghargaan raja yaitu pakaian kerajaan yang biasa dipakai oleh raja dan kuda kerajaan simbol otoritas, mahkota kerajaan simbol kemegahan yang memiliki nilai yang tinggi; memberikan jubah pakaian bagus kepada seseorang tanda kerhormatan zaman kuno, diikuti oleh seruan pujian banyak orang (Ayat 8-9).

Penghargaan yang diusulkan Haman kepada raja ternyata dialamatkan kepada Mordekhai. Hal itu meng-untungkan Mordekhai dan umat Yahudi sebab keputusan tersebut menuai pembebasan bagi Mordekhai dari ancaman hukuman mati dan pemusnahan umat Yahudi. Bahkan tindakan raja Ahasyweros tanpa disadarinya memberi penghargaan kepada umat Yahudi.

Ia juga tidak mengetahui tentang permusuhan Mordekhai dengan Haman, sehingga peristiwa tersebut berlangsung begitu baik, bahkan raja menginginkan penghormatan itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Haman pada akhirnya harus melakukan peng-hormatan kepada Mordekhai. Tuhan Allah sanggup meng-gagalkan rencana niat jahat manusia tetapi manusia tidak dapat menggagalkan rencana baik Tuhan Allah (Ayat 10-11).

Sebaliknya Haman pulang dengan tergesa-gesa sedih hati berselubung kepalanya. Rasa putus asa terhina terjadi dalam kehidupannya akibat kesombongannya. Istrinya Zeresh dan sahabat-sahabatnya memberikan peringatan kepadanya tentang masalah besar yang akan terjadi. (Ayat 12-14).

Makna dan Implikasi Firman
Tindakan penyelamatan Allah bagi manusia berlangsung sepanjang sejarah dan peristiwa. Cara kerja-Nya terkadang memakai kebiasaan hidup manusia sehari-hari dan manusia tidak menyadarinya. Hal ini bertujuan menya-darkan kita umat-Nya agar tetap menyakini kehadiran-Nya dan campur tangan-Nya dalam segenap hidup ini.

Baca Juga:  MTPJ GMIM 9-15 Januari 2022: Hormatilah pelayan Tuhan

Dengan demikian sesulit apapun situasi dan kondisi yang ada, kuasa Tuhan mampu menolong dan memberikan solusi bagi umat-Nya yang setia dan taat serta hidup dalam ketulusan. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28).

Allah menghendaki umat-Nya meneladani karakter Kristus yang mengorbankan diri-Nya dengan ketulusan, setia dan taat kepada Bapa yang mengutus-Nya serta rela sengsara, mati tetapi bangkit naik ke sorga lalu dimuliakan oleh Allah Bapa. Ketulusan hidup umat yang percaya hendaknya selalu tercermin dan dinyatakan dalam segenap hidup baik persekutuan berkeluarga, berjemaat , berbangsa baik kata maupun perbuatan di segala waktu dan tempat.

Gereja Tuhan hadir dan berada di dunia yang majemuk dalam rangka mewujudkan damai sejahtera Allah yang menghendaki umat-Nya saling mengasihi, melengkapi dan membangun bersama sambil tetap memelihara iman kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat manusia dan dunia.

Allah menghendaki umat-Nya untuk tetap berkarya demi kesinambungan hidup ini, namun Ia tidak menghendaki umat-Nya hidup dalam persaingan yang memperdayakan orang lain untuk kepentingan pribadi. Sebab itu betapa pentingnya bagi kita untuk berkarya dengan mendayagunakan sumber alam dan sumber daya manusia, meningkatkan etos kerja dan memanfaatkan waktu sebagai anugerah Tuhan.

Betapa pentingnya bagi kita sebagai umat memberi perhatian sepenuhnya bagi pendidikan supaya perjalanan gereja Tuhan sepanjang masa tetap dibekali oleh mentalitas yang baik dengan karakter Kristiani serta memiliki kecerdasan spiritual, intektual dan emosional menghadapi dan menggumuli tantangan zaman.

Dengan pertolongan Tuhan umat-Nya tetap setia, taat dan hidup dalam ketulusan. Segala sesuatu yang dilaksanakan dengan tulus pasti dihargai.(*)

  • Bagikan