Sulut terbaik penelitian pencegahan terorisme se-Indonesia

Kabid Penelitian dan Pengkajian FKPT Sulut, Lesza Leonardo Lombok, saat memaparkan materi di Rakernas BNPT-FKPT tahun 2019 di Jakarta.

JAKARTA, BERITASULUT.CO.ID – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Mercure Hotel Ancol, Jakarta, selama tiga hari pada tanggal 18-20 Februari 2019.

Acara yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya ini turut mengundang Pengurus FKPT dari 32 Provinsi di Indonesia. Dalam kegiatan tersebut, diberikan penghargaan atas kinerja dari FKPT seluruh Indonesia.

Hasilnya, dari penelitian yang dilakukan Satgas Pencegahan BNPT-FKPT, menobatkan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) sebagai penelitian terbaik tahun 2018.

Atas penghargaan tersebut, maka Kepala Bidang Penelitian dan Pengkajian FKPT Sulut, Lesza Leonardo Lombok SH LLM, didaulat untuk menjadi pembicara pada pembukaan Rakernas tentang bagaimana pelibatan masyarakat dalam pencegahan terorisme berbasis riset berdasarkan penelitiannya di Sulut tersebut.

Dalam pemaparannya, Lombok menyampaikan hasil temuannya tentang bagaimana Sulawesi Utara berhasil melibatkan masyarakatnya dalam menjaga kerukunan dengan keberadaan filosofi “Sitou Timou Tumou Tou” yang terelaborasikan dalam budaya Mapalus.

“Mapalus merupakan sistem yang telah ada secara turun-temurun di Sulawesi Utara. Budaya ini mengajarkan masyarakat untuk selalu bergotong royong dalam mengerjakan segala sesuatu tanpa memandang strata sosial,” papar Lombok di hadapan peserta Rakernas.

Lanjutnya, meskipun pada akhirnya Mapalus mulai tergerus oleh perkembangan zaman, budaya ini tetap menjadi salah satu faktor penentu bagaimana kerukunan masyarakat Sulut tetap terjaga.

“Mapalus sangat layak dipandang sebagai social capital dalam menjaga kedamaian masyarakat Sulawesi Utara sebagai barometer serta percontohan kerukunan di Indonesia,” tukas dosen muda Universitas Negeri Manado (Unima) ini.

Rakernas yang dibuka oleh Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius SH MH, membahas tentang tantangan dan dinamika pencegahan terorisme yang saat ini semakin besar.

“Kemajuan teknologi dengan semakin besarnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap teknologi, menjadi penyumbang sebab tantangan tersebut,” kata Suhardi.

Tantangan selanjutnya, kata Suhardi, potensi radikalisme di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia juga patut diwaspadai. Potensi itu bisa berwujud pikiran, tindakan ataupun aktivitas akademis yang cenderung berpotensi membangkitkan radikalisme di kalangan akademisi Indonesia.

Oleh karena itu, BNPT menilai keberadaan FKPT layak diperkuat sebagai ujung tombak pelaksanaan kegiatan-kegiatan BNPT di daerah sebagai respon terhadap tantangan tersebut.

Rakernas ini juga diharapkan dapat meningkatkan soliditas pengurus FKPT dalam mengemban visi misi penanggulangan terorisme di daerah.

Diadakan berbagai pembahasan dalam kegiatan ini termasuk strategi meningkatkan kinerja pencegahan radikalisme dan terorisme melalui FKPT, pelibatan masyarakat dalam pencegahan terorisme dan masih banyak lagi.

Selain Lombok, sejumlah narasumber yang mengisi tiap sesi kegiatan di antaranya adalah aktivis perempuan, ahli IT, akademisi serta narasumber lain yang kompeten di bidangnya.(DONWU)