Penderitaan Yesus Kristus sebagai Mesias merupakan bagian dari rencana penyelamatan Tuhan Allah bagi manusia.
Hal ini berbeda dengan pandangan orang Yahudi yang mengharapkan Mesias datang sebagai Raja yang akan memerintah secara politik dan mengalahkan musuh-musuh Israel.
Saat Yesus Kristus menyampaikan tentang diri-Nya sebagai mesias yang akan menderita bahkan mati di kayu salib, Petrus tidak menyukai perkataan itu lalu menegur-Nya karena tidak sesuai dengan harapannya sebagai keturunan Yahudi.
Dalam hal ini, Petrus belum memahami maksud perkataan Yesus Kristus. Juga Petrus tidak menghendaki penderitaan yang akan dialami oleh gurunya.
Kitab Injil Markus menampilkan jawaban Yesus Kristus bahwa tindakan Petrus yang menarik-Nya ke samping dan menegor-Nya adalah pikiran iblis yang mau menghalangi rencana-Nya.
Teguran keras Yesus Kristus kepada Petrus untuk mengingatkannya bahwa memikirkan kesenangan dan keselamatan diri jauh dari kehendak Allah dan kerajaan-Nya adalah dosa.
Siapapun manusia termasuk murid-murid-Nya jangan sampai menjadi alat iblis untuk menghalangi rencana penyelamatan-Nya.
Sebab rencana Yesus Kristus bukan ditujukan kepada murid-murid saja, tapi juga kepada semua manusia.
Hal mengikut Yesus Kristus memiliki konsekuensi penderitaan, antara lain menyangkal diri, pikul salib dan kehilangan nyawa karena Yesus Kristus.
Ini menunjukkan bahwa Yesus Kristus tidak menawarkan jalan yang mudah dan nyaman. Tetapi penderitaan-Nya adalah kemuliaan bagi yang mengikuti-Nya.