Percaya dengan segenap hati adalah iman dalam pengakuan dan pemaknaan.
Tidak hanya sebatas pada ucapan mulut untuk percaya tetapi sungguh-sungguh meresap dalam hati secara utuh untuk bersandar dan bergantung penuh kepada Tuhan Allah di tengah keadaan dan situasi apapun.
Orang yang percaya kepada Tuhan Allah dengan segenap hati tidak akan bersandar pada pengertiannya dan kekuatannya sendiri tetapi mengandalkan hikmat dan didikan Tuhan Allah.
Sehingga memunculkan komitmen untuk menyerahkan segalanya kepada Tuhan Allah tanpa rasa kuatir dan takut.
“Akuilah Dia dalam segala lakumu” (ayat 6) adalah ajaran hikmat untuk mengakui kedaulatan Tuhan Allah sebagai Pencipta, Penguasa dan Penentu jalan hidup manusia.
Dengan mengakui Tuhan Allah dalam segala laku itu berarti terjalin hubungan erat yang senantiasa membutuhkan tuntunan dan arahan dari Tuhan Allah melalui firman-Nya sehingga jalan hidup orang percaya diluruskan sesuai ketetapan-Nya.
Menjadi orang bijak berarti mengambil dan menempuh jalan yang benar dengan takut akan Tuhan Allah dan menjauhi kejahatan (ayat 7).
Takut (Ibr.: Yira’t) akan Tuhan adalah sebuah pengakuan dan penghormatan dengan penuh takjub, tunduk, sujud, taat, berserah dan penuh kasih.
Di dalam takut akan Tuhan Allah ada kesalehan hidup dan ketaatan pada hukum-hukum-Nya yang pada akhirnya membuat manusia menjauhi kejahatan dengan hidup yang dibaharui dalam semangat dan kekuatan baru (ayat 8).
“Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu” (ayat 9).
Menurut hukum Taurat, orang Israel wajib memberikan hasil pertama dari panen mereka sebagai persembahan kepada Tuhan Allah sebagai pengakuan bahwa Tuhan adalah satu-satunya pemilik tanah dan sumber berkat (Lih. Im. 23:10; Im 25:23; Bil. 18:12-13).