Tapi gereja harus menjawab keraguan dunia bahwa Kristus bangkit bukanlah rekayasa sejarah.
Gereja mula-mula berani memberitakan kebangkitan-Nya, dan mereka tahu kebangkitan Kristus adalah kebenaran yang paripurna. Kepercayaan pada Kebangkitan Kristus justru telah melahirkan gereja.
Maka gereja seharusnya “Jadilah Pewarta Kebangkitan”, demikianlah tema yang digagas mengingatkan tugas misionernya sebagai pewarta kebangkitan, warta yang harus masif tentang karya Allah yang menyelamatkan.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Salah satu latarbelakang penting dalam Injil Markus tentang tema ini ialah Yesus berhadapan dengan keyakinan orang Saduki yang tidak percaya tentang kebangkitan (Mark 12:18-27).
Selanjutnya, kaum Saduki dan para lawan Yesus meragukan ke-Ilahian-Nya. Karena itu tidak heran Injil Markus dibuka dengan kalimat ini: Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.
Fakta yang mencolok dari berita kebangkitan adalah kaum perempuan sebagai saksi pertama. Keempat kitab Injil serentak mencatat laporan ini.
Sungguh mengejutkan dan terasa aneh karena perempuan pada jaman itu bukanlah tipe orang yang dapat dipercaya untuk urusan kesaksian.
Tapi Injil Markus punya kiat tersendiri untuk konsisten dalam pemberitaannya, agar fokus berita tidak diletakkan pada keterlibatan perempuan dalam peristiwa kebangkitan, tetapi Yesus yang bangkit adalah subjek dari seluruh cerita dalam sejarah keselamatan Allah.
Keterlibatan figur perempuan, yang pasti punya makna tersendiri. Markus menarasikan kunjungan mereka ke kubur yang sebelumnya tidaklah lebih dari sebuah kebiasaan dengan ritual merempahi/ meminyaki jenazah.
Demikianlah lazimnya adat Yahudi jika memandang yang mati itu adalah orang penting. Keterlibatan kaum perempuan itu harus dipandang sebagai cara Allah menjadikan mereka mitra, dalam rencana-Nya.

















