RELIGI  

MTPJ GMIM 14-20 Agustus 2022 : Gereja sebagai pemberita kebebasan

Malah ada yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan bersama dan bersikap sewenang-wenang terhadap mereka yang lemah.

Dalam situasi yang gelap dan penuh frustrasi inilah, maka sang nabi dipanggil untuk menyampaikan berita firman agar supaya umat Tuhan tetap hidup dalam iman dan terus berpengharapan pada Allah sebagai pusat dan dasar kebebasan manusia.

Nabi sebagai orang yang dipimpin dan diurapi oleh Roh Allah, mendapat tugas dari Allah untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang sengsara.

“Orang-orang sengsara” (ayat 1) yang dalam teks ibrani berasal dari kata anawim. Kata ini memiliki pengertian spiritual yakni orang-orang saleh atau orang yang rendah hati.

Namun dalam konteks bacaan ini, anawim lebih menunjuk pada orang-orang yang situasi obyektifnya sungguh miskin secara ekonomi dan kehidupan yang sengsara.

Mereka miskin dan sengsara akibat kelaliman dari orang-orang yang lebih kuat dan sewenang-wenang. Kepada merekalah kabar baik tentang kebebasan disampaikan.

Di mana orang-orang yang remuk hati akan dirawat sampai sembuh. Remuk hati di sini menunjuk pada orang-orang yang putus asa, yang tidak mempunyai harapan untuk mendapat masa depan yang baik.

Sedangkan mereka yang tertawan dibebaskan. Bebas di sini ada kaitannya dengan hutang piutang. Kemiskinan membuat mereka tidak dapat membayar sehingga harus dipenjarakan agar dinyatakan bebas.

Kabar baik selanjutnya yaitu Allah akan membalikkan situasi orang-orang sengsara (anawim). Di mana mereka yang berkabung akan terhibur dan bersukacita, kepala yang berabu dipakaikan perhiasan, minyak pesta dikenakan menggantikan kain kabung, serta nyanyian menggantikan semangat yang patah.