BOLMUT  

Kisah Zaki dan Perjalanan Daeng Anpes yang Mengharukan

Mohammad Zaki Rizki (Zaki) kaos putih, Andi Mohamad (Daeng Anpes) kaos hitam mengenakan kacamata, (foto : istimewa)
Mohammad Zaki Rizki (Zaki) kaos putih, Andi Mohamad (Daeng Anpes) kaos hitam mengenakan kacamata, (foto : istimewa)

Bolmut, BERITASULUT.CO.ID – Mohammad Zaki Rizki, seorang anak berusia 13 tahun yang akrab disapa Zaki, kini menjadi nama yang tak asing di media sosial. Kisahnya mengharukan hati banyak orang, setelah ia rela menempuh perjalanan lebih dari 25 kilometer, hanya untuk menemui seorang pejalan kaki luar biasa, Daeng Anpes.

Zaki tinggal di Desa Bunia, Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, dan untuk menjemput Daeng Anpes, ia tak segan menumpang truck hingga tiba di Desa Saleo, Kecamatan Bolangitan Timur.

Zaki tidak memiliki handphone, tetapi ia tak patah semangat. Dengan tekad yang bulat, ia mulai mencari jejak Daeng Anpes. Bertanya kepada orang-orang terdekat, Zaki akhirnya mengetahui keberadaan sang pejalan kaki. Di tengah keterbatasannya, Zaki menunjukkan keberanian dan rasa ingin tahu yang luar biasa. Ia memulai perjalanan panjangnya demi bertemu dengan Daeng Anpes yang sedang dalam perjalanan luar biasa dari Maros, Sulawesi Selatan, menuju Manado, Sulawesi Utara.

Setiba di Desa Saleo, Zaki tak membuang waktu. Ia langsung menemui Daeng Anpes yang tengah berjalan kaki melanjutkan perjalanannya. Tanpa ragu, Zaki ikut mendorong kendaraan Argo milik Daeng Anpes, yang membawa perlengkapan perjalanan, hingga sampai di Desa Bunia, Kecamatan Bintauna.

Meski perjalanan ini berat, Zaki melakukannya dengan penuh semangat, hanya karena ia ingin mendukung seseorang yang ia kagumi.

Zaki semakin terinspirasi oleh keberanian Daeng Anpes yang telah berjalan kaki jauh, menghadapi segala tantangan demi mencapai tujuannya—memecahkan rekor MURI sebagai pejalan kaki terjauh di Indonesia. Zaki bahkan melanjutkan perjalanannya bersama Daeng Anpes ke Kecamatan Sangkub, sejauh 16 kilometer. Namun, di sinilah kisah mereka harus terhenti. Orang tua Zaki datang menjemput dan membawanya pulang.

Kehilangan itu sangat terasa. Di rumah, Zaki tak bisa menahan kesedihannya. Wajahnya murung, matanya tampak sayu. Tak lama setelah itu, air mata pun mulai mengalir, dan dengan suara menyedihkan, Zaki memanggil nama Daeng Anpes. Dua hari yang singkat, namun penuh arti, telah membuat Zaki merasa seperti kehilangan seorang sahabat. Rasa haru dan kesedihan itu sulit dijelaskan dengan kata-kata, namun itu adalah perasaan yang begitu dalam, yang hanya bisa dipahami oleh hati yang tulus.

Meskipun Zaki tahu bahwa Daeng Anpes harus melanjutkan perjalanan, mimpi besar untuk mencapai Manado, harapan Zaki tetap ada. Ia berharap suatu hari nanti, setelah Daeng Anpes berhasil menyelesaikan misinya, ia akan kembali ke Bintauna, untuk bertemu dengan Zaki lagi. Sebuah harapan yang menggantung, penuh ketulusan.

Hingga kini, Zaki masih merasakan kesedihan yang mendalam. Kenangan akan perjalanan mereka bersama Daeng Anpes terus berputar dalam pikirannya. Sebuah kisah persahabatan yang singkat, namun menyentuh hati. Kisah tentang keberanian, harapan, dan sebuah perpisahan yang tak terduga yang meninggalkan luka di hati seorang anak yang tak ingin melupakan sosok yang telah menginspirasi hidupnya.

Diharapkan, bagi siapa pun yang membaca kisah ini, untuk membagikan cerita Zaki dan Daeng Anpes ke seluruh platform media sosial. Semoga pesan ini sampai kepada Daeng Anpes yang kini tengah melanjutkan perjalanan panjangnya.

Biarlah dunia tahu, betapa besar harapan seorang anak untuk bisa bertemu kembali dengan seseorang yang telah menginspirasi hidupnya. Semoga suatu hari nanti, Zaki bisa bertemu lagi dengan Daeng Anpes, dan kisah mereka akan terus dikenang sebagai contoh ketulusan, persahabatan, dan semangat yang tak kenal lelah.

(FHIK)