PEMBAHASAN TEMATIS
Injil Lukas dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Lukas 1:1,3). Walaupun nama penulis injil ini tidak dicantumkan, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kitab itu. Lukas adalah seorang tabib dan kawan sekerja Paulus. Di mana Paulus menulis mengenai Lukas dalam Kolose 4:14 sebagai tabib kekasih, yang ada bersamanya, dan dalam Filemon 1:24 Paulus menyebutkan kawan sekerja.
Dalam Lukas 23:26-32 yang menjadi pokok bahasan teks Alkitab ini, Yesus digambarkan sebagai seorang yang taat pada aturan Yahudi dan tidak sebagai pembaru yang dapat mem-perkuat kecurigaan Roma terhadap ajaran-Nya. Sehingga ketika Yesus digiring untuk disalibkan, sebelumnya Dia harus melewati rangkaian persidangan yang begitu mencengangkan namun begitu cepat prosesnya dari meng-hadap imam-imam kepala kemudian ke hadapan Pilatus dan diteruskan ke Herodes lalu kembali lagi ke Pilatus.
Pilatus berdebat dengan orang banyak mengenai Yesus yang dinyatakannya tidak bersalah, dan akhir-nya ia menyerahkan Yesus kepada orang banyak yang meng-inginkan Yesus disalibkan. Dia disesah, diberikan mahkota duri, sambil dihina dengan memikul salib menuju tempat penyaliban.
Dalam perjalanan sengsara-Nya keluar kota Yerusalem sambil memikul salib yang begitu berat, Ia didera (Markus 15:15), dan kemudian karena terlalu lemah untuk memanggul kayu palang, Ia dibantu oleh Simon dari Kirene, seorang “yang baru datang dari luar kota” (ayat 26) dipaksa memikul salib.
Salib yang dipaksakan secara tiba-tiba ke atas bahu Simon, telah mengubah seluruh perjalanan Simon ke depan. Ia tidak menggerutu, mengeluh dan memprotes salib yang diletakkan di atas bahunya tapi dengan taat memikulnya. Dalam ketaatan itulah, Ia kemudian menjadi pengikut Yesus yang setia. Dua putranya, Rufus dan Alexander, kelak dikenal sebagai tokoh-tokoh Kristen terkemuka (Markus 15:21).
Pada hari Jumat itu, yang kemudian kita kenal sebagai Jumat Agung ada banyak ‘orang’ (baca: perempuan) mengikuti Dia. Mereka bersimpati atas penderitaan Yesus, namun tidak percaya kepada-Nya. Dan inilah bahayanya, banyak orang meratapi dan menangisi penderitaan Yesus tetapi tidak percaya dan mengasihi Yesus.
Yesus berkata bahwa mereka harus menangisi kehancuran Yerusalem sebagai akibat penolakan mereka terhadap Yesus di hadapan Pilatus. Sehingga dalam ayat 28-31, memuat perkataan-perkataan Yesus kepada mereka yang menangisi dan meratapi Dia yaitu penduduk Yerusalem yang tidak taat melak-sanakan kehendak Allah. Perempuan-perempuan Yerusalem menangisi dan meratapi sesuatu yang salah.
Untuk itu, Yesus berpaling atau menoleh, torehan kasih-Nya yang memberi tahu mereka, “Hai Puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” (ayat 28).

















