Yesus sedang menyampaikan akibat yang akan dialami oleh penduduk Yerusalem karena mereka telah menolak dan menyalibkan diri-Nya. Dan, memang, 40 tahun kemudian setelah Yesus disalibkan, Yerusalem mengalami kehancuran. “Puteri-puteri Yerusalem” dilanda kesedihan yang amat dalam karena anak-anak mereka mati.
Dari tengah-tengah kesedihan itu muncullah suara kekecewaan, mengapa kami melahirkan mereka. Lebih baik dulu kami menjadi mandul daripada mengalami hal pahit seperti ini!
Hal ini merupakan kabar derita bagi mereka yang mempunyai anak, karena akan masuk dalam penghukuman Allah. Namun menjadi kabar gembira kepada mereka yang tidak melahirkan dan menyusui yang juga menggambarkan tentang orang yang percaya dan taat kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat yang menebus dosa manusia. Di mana “perempuan mandul” juga menunjuk pada kepada orang-orang bukan keturunan Yahudi.
Namun, bagi mereka yang tidak percaya (orang-orang yang tinggal di Yerusalem) akan mengalami ketakutan ketika peng-hukuman terjadi seperti perkataan Yesus, “Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami!”.
Perkataan runtuhlah dan timbunlah merupakan gambaran kehidupan yang tak dapat ditolong lagi’ dan kemudian Yesus mengingatkan mereka jika orang yang tidak bersalah saja dapat mengalami hal seburuk ini, apalagi orang yang memang bersalah? Yang diumpamakan dengan ucapan, “Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?”
Jadi, kayu hidup menunjuk pada Yesus sendiri yang tidak berdosa dan melakukan kebaikan (kayu yang telah menghasilkan buah), namun dituduh melakukan kejahatan oleh bangsa Yahudi dan penghuni kota Yerusalem, padahal perbuatan mereka, kata Yesus seperti kayu kering yang tidak menghasilkan apa-apa.

















