Kita menangisi diri kita karena kita selalu tidak tepat memandang penderitaan Yesus. Kita menangisi diri kita karena ketika kita menghayati kesucian dan kekudusan-Nya serta melihat ternyata diri kita begitu jauh dari apa yang Yesus inginkan kita lakukan. Kita berdosa.
Saatnya kita mengasihi Allah dan melaksanakan kehendak-Nya untuk menjadikan hidup kita seperti kayu hidup yang terus menerus menghasilkan buah dan bukan seperti kayu kering yang hanya akan dipotong, dibuang dan dibakar.
PERTANYAAN DISKUSI
1. Apa makna perkataan Yesus, “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri” bagi kita pada hari ini menurut Lukas 23:26-32?
2. Jenis “tangisi diri” seperti apa yang telah ditegur Yesus dalam hidup kita?
3. Bagaimana cara hidup kita sekarang ini, supaya perkataan Yesus: “tangisilah dirimu sendiri” tidak lagi menjadi bagian dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan?
(*)

















