Jika tidak ada orang yang menafsirkannya maka orang yang berkata-kata dalam bahasa roh hendaklah berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
Tentang karunia bernubuat. Ada aturan jumlahnya yaitu baiklah dua atau tiga orang diantaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi atau menguji apa yang mereka katakan.
Paulus meminta nabi untuk berbicara secara bergiliran, tidak boleh berbicara serentak, kalau ada yang berbicara maka yang lain harus berdiam diri agar apa yang disampaikan dapat dipelajari dan dimengerti sehingga jemaat beroleh kekuatan dan tidak menimbulkan kekacauan.
Selanjutnya tentang perempuan-perempuan di jemaat Korintus, Paulus melarang mereka untuk berbicara di depan jemaat. Kalau ingin mengetahui sesuatu maka harus menanyakan kepada suaminya di rumah. Mengapa? Paulus katakan, itu yang dikatakan dalam hukum Taurat.
Budaya yang ada di waktu itu adalah budaya Patriarkhal Israel yang menempatkan kedudukan perempuan berada di bawah laki-laki. Karena budayanya demikian maka kaum perempuan dianggap tidak sopan apabila berbicara dalam pertemuan jemaat dan itu akan menimbulkan kekacauan.
Paulus menyampaikan hal-hal ini berdasarkan teologinya tentang tubuh Kristus, bahwa jemaat adalah tubuh Kristus, maka seharusnya hidup dalam damai sejahtera.
Paulus berpesan agar jemaat berusaha memperoleh karunia untuk bernubuat dan jangan melarang orang berkata-kata dengan bahasa roh tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.

















