Rupanya suami-isteri itu, tidak ingin ketinggalan, tidak mau kehilangan muka, ingin terlihat baik dan berharap mendapat pujian dari banyak orang termasuk dari para rasul.
Tindakan mereka hanyalah sebuah bentuk pencitraan untuk mengejar popularitas, tetapi mereka berdusta dan tidak tulus.
Mereka melakukan dengan akal bulus, tidak menyampaikan yang sebenarnya atau berbohong di hadapan Tuhan Allah dan jemaat berakibat maut seketika itu juga.
Cerita Ananias dan Safira sangat menarik untuk kita kaji secara rnendalam terutama saat mereka berdusta di hadapan Rasul Petrus. Lebih menarik lagi untuk mengetahui bentuk dusta mereka dan konsekuensinya.
1. Ananias dan Safira sepakat berdusta (ayat 1-2).
Ananias dan Safira adalah bagian dari jemaat mula-mula. Oleh penulis, mereka digambarkan secara berbeda.
Pada pasal 4, ada figur Barnabas, seorang yang memberi dalam keutuhan, kejujuran, ketulusan dan kemurnian hati. Berbeda dengan Ananias dan isterinya, mereka sepakat berdusta.
Dikatakan bahwa “dengan setahu istrinya,” Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa di depan kaki rasul-rasul.
Frase “menahan sebagian” menggunakan kata Yunani enosfisato yang artinya put aside secretly for oneself (menyisihkan secara sembunyi-sembunyi untuk diri sendiri dengan tidak jujur).
Kata ini juga dapat diartikan mengambil yang bukan haknya, menunjuk pada perilaku curang, tidak jujur, menyeleweng.

















