Kedua, sentuhan pada pikiran. Petrus berusaha memberi pengertian agar Ananias sadar dari mindset (pola pikir) yang sesat.
Pertanyaan Petrus jelas, bahwa selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankan tetap dalam kuasamu?
Kata tanya “bukankah” dua kali dikemukan Petrus, merupakan gaya retoris adalah majas pertanyaan yang tidak perlu dijawab, melainkan harus disadari.
Saat Petrus bertanya bisa menjadi kesempatan Ananias untuk sadar dan bertobat, untuk berkata jujur, bahwa yang benar adalah ia tidak memberikan persembahan seutuhnya berdasarkan hasil penjualan tanah itu, melainkan memberi sebagian saja, dan sebagian lagi ditahan untuk keperluan mereka. Tetapi ia diam menutupi kebenaran itu.
3. Safira membenarkan kebohongan Ananias (ayat 7-9).
Tiga jam setelah kematian Ananias, masuklah Safira di depan para rasul. Pettus mengkonfirmasi harga tanah yang mereka jual.
Safira berdusta seperti suaminya. “Betul sekian,” jawab Safira. Kata betui sekian dari kata Yunani nai tosoutou (yes, certainly! that much).
Safira dengan yakin membenarkan Petrus mempertanyakan sikap Ananias saat memberi persembahan. “Mengapa hatimu dikuasai iblis sehingga engkau mendustai Roh Kudus?”.
Kata mendustai Roh Kudus (Yun. pseusasthai se to pneuma to hagion) yang berarti berbohong, tidak benar; lie, tell what is not true, tell a falsehood. Safira mendukung tindakan Ananias membohongi Tuhan Allah.

















