Ayat 3: kebahagian digambarkan melalui sebuah perumpamaan: ia seperti pohon yang ditanam di dekat aliran air.
Kita perlu mengetahui bahwa iklim di Palestina sangat panas dan kering maka jika ditanam di dekat aliran air maka ia akan berbuah pada musimnya.
Maksud berbuah pada musimnya yaitu bahwa mereka menjadikan musim ini paling indah dan paling berguna, dengan memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik pada waktu yang sesuai.
Kemudian frasa daunnya tidak akan layu (tetap segar), berarti bahwa pengakuan iman akan dijaga supaya tidak rusak dan membusuk: dan yang tidak layu daunnya.
Orang-orang yang hanya menghasilkan pengakuan iman, tanpa satupun buah yang baik, daun mereka akan layu, dan mereka menjadi malu akan pengakuan imannya itu.
Tetapi jika firman Tuhan memerintah dalam hati, maka firman itu akan menjaga pengakuan iman untuk tetap hijau dan mendatangkan kebahagiaan.
Selanjutnya frasa apa saja yang diperbuatnya berhasil tidak berarti bahwa tidak akan terjadi masalah atau kegagalan, tetapi bahwa orang benar akan mengetahui kehendak dan berkat Tuhan Allah.
Ayat 4: pemazmur memberikan gambaran tentang orang fasik seperti “sekam” yang ditupkan angin.
Mereka ringan dan sia-sia. Mereka tidak berisi, tidak padat. Mereka mudah diombang ambingkan oleh setiap angin dan godaan.
Mereka tidak teguh. dalam artian bahwa hidup mereka kosong dan tidak bernilai karena dosa dan kebodohannya.