BACAAN ALKITAB: Matius 25:31-46
Alasan Pemilihan Tema
Sering dipisahkan pelayanan kepada Tuhan dan kepada sesama. Pelayanan kepada Tuhan dipandang sebagai sesuatu yang sangat sakral, dan pelayanan kepada sesama bersifat sekuler. Tidak sedikit orang Kristen yang mengabaikan pelayanan kepada sesama karena alasan hendak meng-konsentrasikan diri pelayanan kepada Tuhan.
Ada yang rela mengabaikan keluarga dan tetangga atau kepada sesama yang ada di depan mata yang sangat membutuhkan per-tolongan karena alasan untuk pergi melayani Tuhan. Bukan Cuma dipisahkan, tetapi ada yang mempertentangkan itu. Pelayanan kepada sesama dipahami menghambat pelayanan kepada Tuhan.
Pandemi Covid-19 bukan cuma pandangan dunia yang sementara diubahkan, tetapi juga pandangan gereja semakin dimurnikan, khususnya sikap gereja terhadap orang-orang yang sangat terpukul dengan wabah ini. Masih ada yang masa bodoh, bahkan menjauhi untuk menolong sesama saudara yang menjadi korban.
Bahkan ada gereja yang menutup mata untuk menolong sesama saudara yang butuh pertolongan, karena alasan kas gereja akan berkurang dan akan mengganggu pelayanan untuk memuliakan Tuhan. Dapatkah dipisah pelayanan kepada sesama dan kepada Tuhan? Minggu ini warga gereja diajak untuk menghayati Tema: “Melayani Sesama, berarti Melayani Tuhan”.
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Perikop ini adalah satu bagian dari pengajaran Tuhan Yesus di Bukit Zaitun tentang Akhir Zaman, dan isinya sebagai jawaban atas pertanyaan murid-murid “bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia” (Matius 24:3). Ini bersifat nubuat dan hendak membuka selubung (Yunani: “apokaliptik”).
Karena itu pengajaran ini adalah gambaran tentang keadaan di zaman gereja dan ketika Tuhan Yesus datang kembali melaksanakan karya sebagai Hakim yang Adil. Perikop ini bukan sebagai perumpamaan, tetapi sebagai penggambaran penghakiman yang terakhir.
Peristiwa ini digambarkan sebagai penyataan dari Anak Manusia yang datang dengan kemuliaan mengumpulkan semua bangsa dan memisahkan mereka seperti gembala memisahkan domba dan kambing. Pemisahan ini mengacu pada sikap dan cara pelayanan yang telah mereka lakukan kepada Tuhan. Bahkan domba ditempatkan di sebelah kanan, menunjuk pada orang kepercayaan dan yang setia melaksanakan kehendak-Nya. Sedangkan kambing di sebelah kiri, menunjuk pada yang tidak setia melaksanakan perintah-Nya.
Bagaimanakah dan kepada siapakah pekerjaan pelayanan disebut sebagai yang setia dan berkenan kepada-Nya? Matius 25:40 “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Siapakah mereka yang melayani orang “paling hina” (Yunani; “elachitos” = paling hina, paling rendah, paling kecil, paling diremehkan) mereka melakukannya untuk Tuhan. Siapakah dalam masyarakat Palestina waktu itu yang dilihat sebagai orang paling hina dan diremehkan?
Matius menyampaikan mereka adalah: kaum yang lapar dan kekurangan minuman, orang asing yang tidak memiliki tumpangan, yang tidak memiliki pakaian, yang sakit, dan mereka yang terpenjara. Tuhan Yesus memberi penekanan agar pengikut-pengikut-Nya melaksanakan tugas pelayanan dalam wujud yang kelihatan kepada orang yang paling hina, sebagai bentuk melayani Tuhan yang tidak kelihatan.
Padahal di zaman Yesus dan gereja purba, pengaruh elit di dalam beragama begitu kuat sehingga perhatian kepada kaum marginal selalu terabaikan. Dalam khotbah ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa Ia seringkali menempatkan diri-Nya sebagai kaum marginal yang terlupakan.
Apa yang akan terjadi pada mereka yang setia?
Pertama: Menerima undangan dari Sang Raja Adil dengan perkataan “Mari, hai hambaku yang diberkati bapa-Ku” (ayat 31a). Mereka diundang masuk ke dalam ruangan yang memiliki tahta penuh kemuliaan sebagai tamu kehormatan untuk berada dan tinggal tetap di sebelah kanan Sang Raja.
Di dunia mereka seringkali ditolak karena melaksanakan tugas memperhatikan orang paling hina. Bahkan mengalami penganiayaan yang mendatangkan penderitaan yang berat. Tapi di akhir zaman mereka diterima dan mendapatkan penghormatan yang khusus. Semua pengorbanan yang mereka alami bukan saja terbayar, tapi lebih daripada itu mereka diangkat dan dipulihkan seutuhnya.
Kedua: Menerima upah dalam Kerajaan (ayat 34b). Kerajaan adalah sebagai harta milik yang paling mahal di bumi. Semua kekayaan dunia tidak dapat menyamainya. Jika dalam pelayanan mereka di dunia penuh kehinaan, mereka tidak mendapat apa-apa dari pelayanan itu, uang dan harta tidak.
Namun dalam kerajaan mereka menerima lebih banyak daripada itu. Ini gambaran menerima suasana dan kesukaan istana sorgawi. Ukurannya sangat agung, mulia dan besar karena yang membuat dan menatanya bukan manusia tetapi dibuat dan dirancang oleh Allah sendiri.
Bagaimana dengan mereka yang tidak setia?
Mereka yang mengabaikan pelayanan kepada yang paling hina. Melayani Tuhan di tempat-tempat megah dan penuh kemuliaan dengan mengabaikan kaum marginal. Mereka akan menerima upah dari Anak manusia yang duduk di atas takhta kemulian-Nya, sebagai Raja. Mereka akan diusir dari hadapan Raja dengan mendengar perkataan-Nya “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai orang terkutuk” (ayat 41a).
Mereka diusir karena tidak layak, orang-orang terkutuk dihadapan Allah masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Mereka sudah menerima kesenangan lebih dulu di dunia dengan tidak terhina karena melayani orang paling hina. Mereka selalu menjadi orang terhormat di dunia, namun saat penghakiman terakhir, bukan kemuliaan dan kehormatan yang diterima tetapi kehinaan paling hina. Mereka tidak disebut orang yang “tidak setia, namun mereka disebut dengan “orang-orang terkutuk”, penuh aib, najis, dan sangat hina.
Orang yang sangat tidak berlayak menghadap Tuhan Yang Maha Kudus adalah masuk dalam api kekal yang disediakan untuk iblis dan pengikut-pengikutnya (ayat 41b). Tempat siksaan yang penuh dengan kertak gigi, yang adalah penyesalan, tangisan dan air mata.
Makna dan Implikasi Firman
“Melayani sesama berarti melayani Tuhan”, ungkapan ini bukan cuma menjadi slogan gereja atau pengikut Kristus, namun pelayanan ini akan dipertanggungjawabkan bilamana Tuhan datang kembali sebagai Hakim yang Adil. Pelayanan yang diterima-Nya adalah dalam bentuk pelayanan yang menyentuh secara holistik kaum yang terpinggirkan.
Karena itu Tuhan Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai orang yang sedang di penjara yang membutuhkan kunjungan, sebagai orang sakit yang butuh perawatan dan lawatan, sebagai orang yang lapar dan haus yang butuh makanan dan minuman, sebagai orang asing yang butuh tumpangan. Saat Yesus ditanya “siapakah sesamaku manusia?” (Lukas, 10:25-37). Dia memberikan contoh tentang sikap ‘Orang Samaria” yang padahal waktu itu dianggap hina orang Yahudi tetapi telah menunjukkan belas kasihannya.
Gereja sejati adalah gereja yang setia pada Tuhan Yesus sebagai Kepala untuk melayani Tuhan dengan memper-hatikan pelayanan kepada mereka yang terpinggirkan. Dunia seringkali memengaruhi gereja dengan pemikiran bahwa untuk memengaruhi banyak orang, maka gereja dan pelayan-pelayanannya mesti mendekati para elit masyarakat, bahkan merekalah yang mesti mendapatkan pelayanan khusus. Akibatnya pelayanan sejati terabaikan. Namun dengan pandemi Covid-19 pelayanan gereja semakin dimurnikan untuk setia melayani sesama sebagai wujud konkrit dari melayani TUHAN.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1. Apakah yang dimaksud dengan melayani sesama berarti melayani Tuhan dalam perikop ini?
2. Bagaimanakah bentuk-bentuk pelayanan gereja masa kini kepada kaum marginal?
3. Apakah janji Tuhan bilamana orang Kristen/Gereja melakasanakan pelayanan ini?
POKOK-POKOK DOA:
– Memohon agar Tuhan terus menuntun agar Gereja semakin dimurnikan dalam melaksanakan tugas pelayanan-Nya.
– Memohon agar gereja dapat melaksanakan tugas pelayanan seperti yang Tuhan kehendaki kepada semua orang yang terdampak dengan Virus Corona.
– Memohon agar pelayan-pelayan gereja semakin teguh dalam komitmennya untuk melayani orang-orang yang terpinggirkan.(*)