Jika dipercayakan memangku jabatan struktural, maka ingatlah bahwa struktur itu ada untuk melayani jemaat dan bukan melayani demi memperoleh jabatan struktural. Sosok pelayan Tuhan adalah hamba Tuhan bukan hamba manusia (Bnd Gal 1:10).
Bukan untuk menjadi tuan yang memerintah melainkan menjadi hamba yang melayani (Bnd Mat 20:20-28). Salah satu tolok ukur keberhasilan pelayanan adalah sejauh mana keterlibatan warga jemaat secara aktif bukannya one man show yang berpusat pada sosok pribadi pelayan seperti, pendeta sentris atau penatua sentris.
Kekudusan orang percaya adalah kekhususan untuk melayani Tuhan. Idealnya, esensi jabatan pelayan harus dibangun dari komitmen yang luhur. Tulus bukan bulus, suci bukan ruci.
Motivasi yang tidak tulus dan melayani sebagai tugas sambilan belaka, hanya akan mencemari kemuliaan Tuhan, Sang pemilik pelayanan. Itulah sebabnya, kita menjauhkan diri dari bahaya dosa struktural yang dapat menghancurkan integritas, soliditas, kinerja dan kesinambungan pelayanan.
Sosok pelayan Tuhan harus berupaya memelihara kekudusan diri dan keluarganya. Proses ini tidak terjadi seketika tetapi harus diupayakan dari hari ke hari oleh pertolongan kuasa Roh Kudus.
Perlu sekali menjaga semangat kebersamaan untuk saling menopang dan menasehati di antara sesama pelayan dan keluarganya. Tidak semua orang dipilih menjadi pelayan khusus.

















