RELIGI  

MTPJ GMIM 7-13 Agustus 2022 : Berjalan menurut titah Tuhan

Kitab Bilangan terdiri dari 36 pasal dan perikop Bilangan 9:15-23 bagian dari pasal-pasal terdahulu mengisahkan tentang perjalanan melintasi gurun ke Kadesy dan sekitarnya.

Sejak keluar (exodus) dari Mesir, bangsa Israel dikenal sebagai bangsa nomaden, yakni bangsa yang berpindah-pindah tempat. Paling tidak selama 40 (empat puluh) tahun mereka mengembara di padang gurun.

(Bilangan 32:13) Kondisi ini mengharuskan mereka membuat kemahkemah untuk tempat tinggal sementara. Kemah yang dapat dibongkar pasang.

Selain kemah-kemah umat, juga didirikan kemah yang disebut Kemah Suci atau kemah hukum Allah. Kemah Suci adalah kemah untuk tempat Tuhan hadir.

Berbagai upacara dalam Kemah Suci dilakukan oleh imam Lewi yang sudah ditahbis. Dalam perjalanan bangsa Israel di Padang Gurun mereka dituntun dengan tiang awan.

Tiang awan adalah manifestasi kehadiran Allah. Tiang awan ini muncul di atas Kemah Suci memberi tanda kepada umat Israel apakah akan melanjutkan perjalanan atau berhenti dan mendirikan kemah untuk waktu yang singkat atau untuk waktu yang lama.

Pada hari kemah didirikan tampak awan menutupi Kemah Suci, tetapi ketika waktu sudah malam sampai pagi awan itu kelihatan seperti api. Hal ini hendak menjelaskan keadaan yang berbeda waktu siang dan malam.

Pada waktu malam yang gelap, awan itu terlihat seperti api atau awan itu menjadi terang karena tampak seperti api (ayat 15-16).

Pada saat awan naik dari atas Kemah Suci berarti mereka harus siap-siap membongkar kemah untuk melanjutkan perjalanan.

Lalu saat awan berhenti bergerak maka di tempat itu mereka harus berhenti berjalan dan mendirikan kemah. Posisi awan ini adalah sebagai tanda dari titah Tuhan.