Shema (Ibr : mendengar) bukan sekadar menangkap bunyi dengan indera pendengar, tetapi menyimak baik-baik dan merespon dengan tindakan.
Shema juga diartikan taat menjalankan perintah, tunduk pada wewenang dan menjauhkan diri dari yang dilarang, sebagai respon tanggungjawab.
“Dengarlah hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa” merupakan pengakuan iman Israel. Disebut sebagai hukum utama Israel (Halakhah).
Kalimat tersebut bukan sekedar rumusan teologi tentang monoteisme ataupun penolakan terhadap penyembahan baal, melainkan terutama menjadi ketetapan bagi bangsa Israel bahwa Tuhan hanya satu yaitu Allah dan Israel dituntut hanya menyembah kepada-Nya saja.
Dalam tradisi agama Yahudi, Ulangan 6:4 ini menjadi pengakuan iman yang wajib diucapkan dua kali sehari, yakni di pagi dan malam hari.
Mendengar juga berarti mengasihi Tuhan Allah. “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (ay.5).
Mengasihi bukan soal perasaan saja, melainkan ketaatan. Mengasihi Tuhan Allah berarti mengutamakan dan menaati-Nya (band. Ul 5:10, 7:9, 10:12, 11:1).
Tuhan Allah menuntut kesetiaan dan pengabdian penuh umat-Nya. Tuhan Yesus Kristus mengulang perintah ini dengan menyatakannya sebagai hukum yang terutama dan pertama (Matius 22:37-38, Markus 12:29-30).
Menyembah dan mengasihi-Nya dalam ketaatan wajib diajarkan berulang-ulang. Kalimat “mengajarkan berulang-ulang” diterjemahkan dari kata Ibrani wᵉsinnantam, berasal dari kata kerja “Sanan”.
Kata ini diartikan mengulang-ulang pengajaran terus menerus (say again and again, diligently).

















