Kedua, di dalam ayat 3-4, frasa “ketika aku berdiam diri” menggambarkan sikap seseorang yang menyembunyikan dosanya atau tetap melakukan dosa.
Dosa yang tidak diakui memiliki dampak yang merusak, baik secara fisik maupun emosional. Kata “tulang” melambangkan kekuatan seseorang.
Ketika dosa disembunyikan dan/atau dilakukan terus-menerus, kekuatan ini terkuras, menyebabkan kelelahan, kelemahan, dan bahkan penyakit. Juga dapat menyebabkan penderitaan emosional yang berkepanjangan.
“Mengeluh” menggambarkan rasa sakit, kesedihan dan keputusasaan yang terus-menerus.
Dosa yang tidak diakui menjadi beban berat yang menggerogoti sukacita dan kedamaian batin.
Dosa yang disembunyikan bahkan bisa membuat seseorang kehilangan semangat, gairah, dan kemampuan untuk melayani Tuhan Allah.
Ketiga, ayat 5 merupakan titik balik dari perjalanan iman pemazmur.
Setelah mengalami penderitaan akibat dosanya, ia datang kepada Tuhan Allah, mengaku dosa dan menerima pengampunan-Nya.
Kata “mengaku” (Ibrani: ’odeh) mengandung makna “menyatakan” atau “mengakui secara terbuka”.