Akan tetapi Paulus tidak ingin menghukum secara sembarangan atau terburu-buru. Ia menunggu sampai ketaatan jemaat menjadi sempurna.
Maknanya adalah bahwa tujuan disiplin bukanlah untuk menghukum, melainkan untuk memulihkan dan membawa orang kembali untuk taat kepada Yesus Kristus.
Bagian keempat, ayat 7-8.
Paulus mengajak jemaat Korintus untuk melihat bukti nyata dari pelayanannya, bukan hanya mendengarkan tuduhan-tuduhan palsu.
Paulus menentang mereka yang mengaku milik Kristus agar mengakui bahwa Paulus dan rekan-rekannya juga sebagai milik Kristus.
Ini menunjukkan bahwa mereka semua adalah bagian dari tubuh Kristus yang sama dan seharusnya tidak saling merendahkan.
Paulus mengakui bahwa ia terdengar sombong ketika berbicara tentang kuasa yang diberikan Yesus Kristus kepadanya.
Namun, ia menegaskan bahwa ia tidak malu karena kuasanya digunakan untuk membangun jemaat, bukan untuk menghancurkannya atau kepentingan pribadi.
Bagian kelima, ayat 9-11.
Paulus mengakui bahwa beberapa orang merasa terancam oleh surat-suratnya yang tegas.
Namun, ia menegaskan bahwa tujuannya bukanlah untuk menakut-nakuti mereka, melainkan untuk mengoreksi dan membangun mereka dalam kasih.
Paulus mengutip kritikan yang disampaikan kepadanya: “Surat-suratnya memang tegas dan keras, tetapi bila berhadapan muka sikapnya lemah dan perkataan-perkataannya tidak berarti” (ayat 10).