
MANADO, BERITASULUT.co.id – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) tahun 2020 ini bakal hanya menyuguhkan dua pasangan calon saja. Skenario head to head pun diprediksi tersaji.
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Christiany Euginia Paruntu dan Sehan Salim Landjar (CEP-SSL) berpotensi mendapat dukungan koalisi besar untuk melawan petahanan Olly Dondokambey dan Steven Kandouw (OD-SK).
Senin (31/08/2020) malam kemarin jadi petanda awal, menyusul pemberian formulir model B1-KWK dari DPP Partai Golkar yang diterima langsung CEP-SSL di Jakarta.
Sebelumnya juga DPP PAN sudah menyerahkan form model B1-KWK sebagai syarat untuk mendaftar ke KPU. Selain Golkar dan PAN, sejumlah partai besar pun dikabarkan akan merapat ke CEP-SSL membangun koalisi besar.
Partai Demokrat, PKS hingga Partai Nasdem disebut-sebut sudah sepakat bakal mendukung duet ‘pancasilais’ itu. Apalagi sejak awal petinggi Partai Nasdem Sulut memang mewacanakan pertarungan head to head di Pilkada Sulut.
Juru bicara DPD Golkar Sulut Feryando Lamaluta menyatakan baha pintu koalisi besar memang sudah sejak lama dijajaki.
“Komunikasi politik sudah lama kita bangun, antara Golkar, PAN, Nasdem, Demokrat dan PKS. Kita tunggu saja sampai final,” ungkap Lamaluta.
Jika koalisi besar ini berjalan mulus, maka amunisi CEP-SSL untuk mengalahkan petahana OD-SK makin bertambah.
Pengamat politik Sulut Josie Kairupan menilai bangunan koalisi besar CEP-SSL menjadi tanda bahaya bagi petahana OD-SK.
“CEP-SSL menjadi suatu tantangan besar bagi petahana OD-SK, dari sini jelas dapat diasumsikan bahwa adanya kepungan dari lawan PDIP untuk mengalahkan kekuatan PDIP pada pertarungan Pilgub Sulut, sehingga ada tanda awas dan bahaya yang harus dihadapi oleh petahana,” nilai Kairupan.
Dosen FISIP Unsrat Manado itu mengulas panjang berbagai upaya pengalihan dukungan dan kekuatan bagi masing-masing pasangan cagub dilakukan untuk menarik sebesar-besarnya suara pemilih yang berimbas pada nilai elektabilitas masing-masing.
Ada kecenderungan yang menjadi tren politik saat ini lebih kepada sosok ketokohan seseorang. Pengalaman dalam perjalanan Pilkada sejak 2010, secara perlahan memberikan pembelajaran bahwa kekuatan ketokohan seseorang telah menggeser dominasi parpol dalam mempengaruhi pilihan rakyat, hal ini memberikan asumsi bahwa perolehan suara parpol pada Pemilu legislatif 2019 khusus di Sulut, tidak selamanya akan berkorelasi dengan elektabilitas kandidat yang ada.
Hal ini memberikan pengertian bahwa tidak selamanya kandidat yang didukung oleh partai besar akan mempunyai peluang menang yang besar pula, karena koalisi-koalisi parpol yang terbentuk saat ini sifatnya sangat fleksibel, yang diharapkan pada tataran Parpol dapat melahirkan pemilih militan karena dukungan dari kader parpol sendiri.
Kelebihan CEP-SSL sendiri memiliki ketokohan yang paripurna di mata publik.
“Pertama jika dikaji dari sisi historis memiliki kekuatan Parpol (Golkar) karena sampai saat ini generasi terdahulu (senior) masih terbenam dengan paradigma lama bahwa golkar adalah partai yang harus dipilih,” jelas Kairupan.
Kedua people’s needs mampu dijawab oleh pasangan ini, dimana ada keterwakilan etinitas dari konstituen terbesar di sulut yaitu Bolaang Mongondow Raya, begitu juga dgn keterwakilan tokoh muslim, tentu saja isu politik identitas ini sangat jitu untuk menggiring opini publik.
“Ketiga dari sisi penguasaan dari paslon Cagub ini, terbukti mampu mempertahankan kekuasaan yang diraih selama dua periode berturut-turut di masing-masing kabupaten (minsel dan Boltim), begitu pula dengan prestasi dan kinerja yang telah berhasil mengemban amanat sebagai pemimpin di masing-masing kabupaten,” ulas Kairupan.
Apabila skenario head to head mulus, kata Kairupan, OD-SK bisa dibikin ‘sesak napas’. Pertarungan head to head, akan membentuk tiga hegemoni voting behavior yaitu: pendukung petahana, pendukung CEP-SSL, dan Golput yang tidak mau memilih salah satu dari kedua kandidat yang ada.
“Tensi politik dan kecenderungan terkotak-kotaknya masyarakat akan sangat nampak dan jelas, oleh karena itu parpol pendukung CEP-SSL harus bekerja ekstra keras menarik simpati rakyat untuk meningkatkan popularitas, aksepbilitas, dan elektabilitas, dengan cara yang santun, beretika, dan elegant, karena sekarang bukan saatnya lagi melakukan penggiringan opini untuk menjelek-jelekan lawan (black campaign), bisa saja hanya akan menaikkan elektabilitas petahana,” tandas Kairupan.(ESEM)