Manado, BERITASULUT.CO.ID – Peran mahasiswa dalam meluruskan arah demokrasi di Indonesia,harusnya jangan berpikir normatif, atau berpikir biasa-biasa saja, tetapi harus berani berpikir kritis untuk perbaikan demokrasi dan membela rakyat.
Hal ini dikatakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Forum Penyelamat Demokrasi dan Reformasi (FPDR) Rudi S Kamri usai menjadi pembicara dalam kegiatan diskusi publik dengan tema memajukan Sulut melalui kepemimpinan yang pro demokrasi dan reformasi, di Aula Lantai 5 Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Manado, Selasa (1/10/2024).
“Saya ingin memperdayakan mahasiswa mengingatkan peran mahasiswa sebagai agen sebagai agen perubahan yang mempunyai kekuatan reformis, digaungkan dan diberdayakan untuk mengawasi kekuasaan,” ujarnya.
Lanjutnya, kekuasaan di sini bukan hanya pemerintahan tapi juga legislatif dan yudikatif.
“Jadi pada saat tidak ada yang berimbang dalam pola pemerintahan, maka penyeimbang itu harus lahir dari rakyat yaitu di monotori oleh mahasiswa. Mahasiswa harus mengambil peran, mahasiswa harus berani dan membuat keputusan yang kuat,dan berani bersuara dan harus bertindak sebagai social information untuk meyakinkan masyarakat membimbing memimpin di Sulut,” terang Rudi.
Ia mengingatkan agar pemilih jangan memilih pemimpin yang pernah menjadi koruptor, pernah menjadi pelanggar HAM, dan pernah melakukan pelecehen terhadap perempuan.
“Demokrasi kita harus ada nuansa kuat, etika dan moral. Dan yang menjaga itu harus mahasiswa. Jadi kekuatan yang kuat dimasyarakat itu mahasiswa, dimana untuk memilih calon, calon pemimpin yang memiliki jejak yang baik.Pemilu baik pusat maupun daerah itu, bukan memilih yang terbaik tetapi mencegah kelakuan buruk penguasa,” jelas Rudi.
Sementara itu, Ketua FPDR Sulut Risat Sanger menyampaikan bahwa saat ini FPDR melakukan road show di beberapa kampus dan mengunjungi kampus di Sulawesi Utara,
“Kami ingin menjaring aspirasi dari dunia kampus siapa kira-kira yang layak melanjutkan kepemimpinan OD-SK yang akan datang,” ujarnya.
(IKA)