Adrey Laikun, sebuah catatan ringan dari sebuah percakapan

  • Bagikan
Adrey Laikun.

Oleh:
Iverdixon Tunungki

MANUSIA adalah makhluk politik. Demikian andaikata saya membincangkan Adrey Laikun, seorang sarjana teknik yang kini menjadi representasi rakyat di DPRD Kota Manado.

Usia saya dengan dia bertaut jauh. Ia lebih mudah dan segar. Tapi saya harus memanggil dia “Kakak”, sebagaimana tradisi komunal Partai Nasdem tempat Adrey bernaung.

Perlu digaris bawahi, Partai Nasdem adalah sebuah partai politik dengan semangat restorasi yang menempatkan munusia di ruang terhomat kesederajatan.

Di ruang etik partai itu, tak ada tempat bagi paternalisme sempit, perbedaan kelas dan persoalan gender. Semua sederajat dalam sapaan “Kakak” yang wajib diucap dengan santun dan lembut hingga konsonan akhir “K” tak terdengar pekak.

Lebih dari itu, Adrey memiliki kecakapan retorik dan gestik sebagaimana umunya perangai politisi yang paripurna, lalu di sisi lain ia punya basic kecerdasan akademik.

Demikian hari itu, Selasa, 4 Juni 2022. Sudah menjelang sore, saat saya dijemput di rumah dengan mobil oleh staf DPRD Manado bersama dua orang jurnalis pos dewan kota.

Singkatnya, tak berapa lama, saat langit telah berwarna “poka-poka”, saya pun bertemu sang legislator yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Kota di ruang kerjanya di Gedung DPRD Kota Manado yang terletak di Sario.

Kendati politik modern telah terdandani bahasa-bahasa yang canggih seiring perkembangan berbagai mazhab dan ilmu filsafat politik yang dipelopori para pemikir modern seperti dari era Thomas Hobbes, Machiavelli, John Locke, Jean- Jacques Rousseau, John Rawls, Jurgen Habermas, tujuan dasar politik tak pernah bergeser yaitu memperjuangkan kehidupan manusia.

Itu esensi utama percakapan ringan saya dengan sang legislator Adrey Laikun.

Baca Juga:  Adrey Laikun jadi narsum dialog "Manado Kota Baru" di TVRI, ini yang dibahas
  • Bagikan