Keadaan para gembala sangat memprihatinkan, bahkan dalam suasana: gelap tak ada lampu terang, dingin tak ada pemanas apalagi daerah padang Efrata, di saat malam angin berhembus kencang sehingga dinginnya menusuk tulang, berjaga-jaga dalam keadaan waspada, karena sewaktu-waktu pencuri dan perampok datang menyerang.
Keadaan-keadaan ini adalah gambaran suasana yang “mencekam” dan “menakutkan”, seperti kita dalam menyambut Natal tahun kemarin 2020 dan tahun ini 2021 masih menghadapi pandemi Covid-19 di mana kita seolah-olah berada di lorong yang gelap dan panjang di mana titik jalan ke luarnya belum kelihatan dengan pasti.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Lukas, yang adalah seorang Penginjil dan Tabib menyampaikan kisah penyambutan para gembala akan berita Natal di padang Efrata sebagai kisah pemulihan oleh kuasa Allah melalui pemberitaan kelahiran Yesus Kristus di Betlehem.
Bagaimana gembala-gembala yang hidup dalam keadaan “gelap”, “dingin”, “tegang” dan “waspada” dipulihkan dan diubahkan menjadi “bergembira”, “bersukacita”, penuh suasana “kehangatan” dan “pengharapan”?
Itu terjadi ketika mereka mendengar perkataan malaikat: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud” (Lukas 2:10-11).
Berita Natal adalah berita Injil itu sendiri, Allah bekerja di dalam pemberitaan ini sehingga orang yang mendengarkannya dipulihkan dan diubahkan-Nya. Ketakutan berubah menjadi keberanian, pesimis menjadi optimis, putus asa menjadi berpengharapan, kesusahan berubah menjadi sukacita.